Home » » 5 Negara yang Diadu Domba oleh Dunia Barat

5 Negara yang Diadu Domba oleh Dunia Barat

Written By Unknown on Thursday, June 6, 2013 | 9:42 PM



Devide et impera merupakan politik pecah belah atau disebut juga dengan adu domba adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat.

Artikel berikut ini akan mencoba untuk menjelaskan beberapa contoh historis dari teknik lama ini yang sukses digunakan dibanyak negara di dunia. Death Squad yang di susun oleh intelejen Barat mampu memporakporandakan berbagai negara dengan metode adu dombanya.




1. Indonesia

Sejarah mencatat, kedatangan armada Belanda kali pertama mendarat di Nusantara, tahun 1596, tepatnya di Pelabuhan Banten, dengan tujuan berdagang yang dipimpin Cornelis de Houtman. Namun pada saat itu Belanda gagal mendapatkan izin dagang. Belanda baru resmi mulai berdagang di Batavia tahun 1602, ditandai dengan berdirinya kantor pusat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda di Batavia.

Cerita VOC kemudian berkembang menjadi upaya penjajahan terhadap bangsa Indonesia. Caranya, meneer-meneer Belanda menggandeng beberapa pribumi untuk menjadi karyawan mereka dan mengkhianati bangsanya sendiri. Raja di satu kerajaan diadu domba dengan raja lain yang pada akhirnya menimbulkan peperangan dan perpecahan bangsa ini.


Terdapat satu komunitas yang terus menerus berjuang untuk mempertahankan kedaulatannya, sementara di sisi lain berbaris komunitas yang sedang asyik menikmati rejeki hasil pengkhianatan.

2. Rumania


Pada tahun 1989, dalam film dokumenter Susanne Brandstätter yang disiarkan di stasiun televisi Arte, para pejabat intelijen Barat mengungkapkan bagaimana pasukan berani mati yang digunakan untuk mengacaukan Rumania dan membuat orang berbalik membenci terhadap kepala negara Nicolai Ceaucescu.


Film Brandstätter menggambarkan betapa kejinya kerjasama antara badan-badan intelijen Barat, kelompok hak asasi manusia yang berkolusi untuk menekan pemimpin negara-negara tertentu karena model kepemimpinannya bertentangan dengan kepentingan barat.

Mantan agen rahasia dengan dinas rahasia Prancis, DGSE (La Arah générale de la Securite extérieure) Dominique Fonvielle, berbicara terus terang tentang peran intelijen Barat di mendestabilisasi penduduk Rumania.

Cara klasik yang paling banyak digunakan adalah menemukan kekuatan-kekuatan oposisi di negara tertentu. Kemudian mentraining mereeka, melakukan penyusupan, dan terakhir menciptakan momentum adu domba yang biasanya mengorbankan terlebih dahulu rakyat sipil.

Apakah betul akhirnya pengubahan rejim yang dicap otoriter oleh barat akan mengubah Rumania menjadi negara adil-makmur, ternyata tidak. Bahkan yang lebih mengenaskan, mereka justru terpuruk sebagaimana laporan Euractiv yang menyatakan bahwa Rumania saat ini merupakan negara termiskin di Eropa. Menurut harian Financiarul, Rumania bahkan mengalami degradasi kualitas hidup yang paling menyedihkan semenjak dua dekade terakhir ini.

Para pejabat intelijen Barat yang diwawancarai dalam film dokumenter itu juga mengungkapkan bagaimana pers Barat memainkan peran sentral dalam disinformasi. Sebagai contoh, korban penembak jitu yang didukung Barat itu difoto dan disajikan kepada dunia sebagai bukti dari kegilaan seorang diktator gila yang “membunuh orang-orangnya sendiri”.

Kalau anda berkunjung ke Rumania, ada Museum di jalan-jalan belakang Timisoara Rumania yang mempromosikan mitos “Revolusi Rumania”. Tetapi, Film dokumenter Arte telah berhasil mengungkapkan beberapa rahasia gelap demokrasi liberal Barat.


3. Russia


Pada masa kontra-revolusi terhadap Boris Yeltsin di Rusia pada tahun 1993, ketika parlemen Rusia dibom yang mengakibatkan kematian ribuan orang, Yeltsin kontra-revolusioner membuat ekstensif menggunakan penembak jitu. Menurut laporan saksi mata banyak, penembak jitu berpakaian sipil menembak dari gedung seberang kedutaan besar AS di Moskow. Para penembak jitu itu dikaitkan dengan pemerintah Soviet oleh media internasional. Padahal bukti intelejen menunjukkan bahwa mereka adalah Death Squad yang beretnik eropa, sangat asing dimata para pemimpin intelejen Uni Sovyet dan tanpa identitas.

4. Venezuela

Pada tahun 2002, CIA berusaha menggulingkan Hugo Chavez, presiden Venezuela, dalam sebuah kudeta militer. Pada tanggal 11 April 2002, oposisi yang didukung AS berbaris menuju istana presiden. Penembak jitu telah disiapkan secara tersembunyi di gedung-gedung dekat istana, dan langsung menembaki demonstran dan berhasil membunuh 18 orang diantaranya. Media Venezuela dan internasional menyatakan bahwa Chavez telah “membunuh rakyatnya sendiri”. Hal ini digunakan untuk membenarkan kudeta militer dan represi Barat yang menggunakan slogan intervensi atas nama kemanusiaan. Setelah intervensi tersebut gagal, beberapa waktu kemudian terbukti bahwa rencana kudeta telah diorganisir oleh CIA tetapi identitas penembak jitu tidak pernah teridentifikasi sampai sekarang.

5. Thailand

Pada 12 April 2010, Christian Science Monitor menerbitkan sebuah laporan rinci dari kerusuhan di Thailand antara “kelompok baju merah” dengan pemerintah Thailand.

Sangat mirip dengan skenario yang terjadi di Tunisia, kaos merah Thailand yang menyerukan pengunduran diri perdana menteri Thailand. Media Barat melakukan pengulangan terus menerus dari gambar ketika tentara pemerintah sedang menembak. Dilaporkan 21 orang tewas sedangkan 800 orang terluka.

Laporan CSM menemukan bukti dan saksi dari para pejabat militer Thailand dan diplomat Barat yang tak disebutkan namanya:

Pengamat militer mengatakan tentara Thailand tersandung ke dalam perangkap yang telah dipasang oleh agen-agen provokator dengan keahlian militer. Dengan mendesak tentara agar menjadi gelap mata dan memicu pertempuran dengan para pengunjuk rasa. Korban tewas dan luka-luka terjadi di kedua belah pihak.

Beberapa bukti yang tertangkap kamera dan dilihat oleh wartawan. Penembak jitu tak dikenal ada diantara gedung bertingkat, dan dari merekalah tembakan pertama kali terdengar. Hal inilah yang menimbulkan chaos dan mengakibatkan pertempuran brutal di kedua belah pihak.

Artikel CSM membuktikan adanya kemungkinan besar bahwa elit kelompok kaos merah didanai oleh George Soros Connections.




kaskus.co.id

Share this article :

No comments:

Post a Comment

 
Support : mfiqria | |
Copyright © 2011. JUBA-Ran! - All Rights Reserved
Template Created by friqrei
Proudly powered by Barakallah